salju itu mencair
di dataran pipimu yang bagus
dengan begitu santun menyembunyikan
cahaya di matamu
yang sering menidurkan waktu
ketika hujan jadi logam
mengisi cawan retak di halaman paling
kutub dari diriku.
tahukah kau, ketika pagi
begitu manja bergelayut di pundak matahari
begitu inginnya aku menyeruput secangkir kopi
yang kau hidang dengan ketulusan hati
seorang wanita, kerap menjelma
jadi berepisode-episode mimpi indah
yang dengan gemetar kunikmati seorang diri
ketika matapun
masih berkeras terjaga. sungguh,
penantianku pada musim berbunga
begitu panjang dan berliku,
lalu
di mana kau sembunyikan hatimu?
No comments:
Post a Comment